Rabu, 02 September 2009

ASMAKU TERNYATA BISA SEMBUH

Sejak kecil hingga usia 23 tahun kondisi fisikku sehat-sehat saja. Pada waktu usiaku menjelang 24 tahun, saya menderita panas demam dan batuk. Setelah mendapat perawatan, panas demamnya sembuh, tinggal batuknya yang belum bisa reda, bahkan disertai sesak nafas. Hari berikutnya aku dapati kesehatanku mulai menurun, dan waktu bangun malam dada rasanya sesak untuk dipakai bernafas, disertai suara ngik-ngik.
Sejak saat itulah aku positif menderita penyakit asma/sesak nafas. Berapa kali aku periksa dan mendapat pengobatan medis. Namun untuk mendapatkan kesembuhan total terasa sangat sulit, karena pada kenyataannya ada ketergantungan dengan obat sesak nafas. Pernah mencoba minum jamu seduh untuk sesak nafas hasilnya nafsu makan tambah dengan demikian tubuhku pun bertambah gemuk. Minum jamu terus menerus ternyata liver saya yang tidak kuat. Akhirnya saya harus istirahat total selama hampir 2 bulan karena menderita gangguan liver.
Untuk gangguan liver ada resep herbal yang kupakai untuk mengobati liverku, yaitu dengan mengkonsumsi Pace. Alhamdulillah bisa sembuh sampai sekarang. Hanya saja untuk asma/sesak nafasnya aku harus berjuang keras agar bisa sembuh seperti semula. Berbagai nasehat dan saran dari orang lain aku laksanakan dalam rangka ingin sembuh. Segala macam pengobatan alternatif telah aku coba, mulai dari pijat urat, jamu seduh, empedu ular cobra, lelaku ngebleng (puasa di dalam kamar tertutup selama 3 hari) tetapi hasilnya masih jauh dari yang aku harapkan.
Kucoba terus untuk mencari pengobatan asma yang bisa menyembuhkan penderitaanku., hingga suatu saat aku membaca rubrik kesehatan di koran yang membahas masalah asma. Di antara isi rubrik kesehatan koran tersebut menyatakan bahwa ” secara medis penyakit asma belum bisa disembuhkan total ”. Informasi ini kutelan mentah, hingga membuat aku malas untuk berobat. Ditambah lagi pernyataan dari petugas Puskesmas yang menangani saat asmaku kambuh, bahwa sakit asmaku ini karena faktor keturunan. Sempat terjadi perdebatan dengan petugas tersebut karena leluhurku tidak ada yang menderita asma. Setelah saya konfirmasikan dengan orangtuaku tentang hal ini, kata beliau memang secara garis keturunan (nashab) leluhurku tidak ada yang mempunyai penyakit asma. Tetapi pada waktu kecil saya pernah disusui oleh wanita selain ibu kandungku. Yang mana ibu dari wanita yang menyusuiku (nenek karena penyusuan) tadi, menderita sakit sesak nafas.
Dari sinilah aku baru bisa memahami pernyataan petugas Puskesmas bahwa sakit asma yang aku derita karena faktor keturunan. Kenyataan inilah yang membuat aku putus asa untuk berobat.
Hingga suatu saat ada orang yang menyarankan saya untuk mengkonsumsi daging bekicot. Karena aku hidup di pedesaan, maka tidak terlalu sulit untuk mendapatkannya. Baik itu aku mencari sendiri binatang tersebut lalu kumasak dengan bumbu rica-rica, atau aku beli dari pedagang keliling masakan bekicot yang istilah lainnya ”O”2. Pada awalnya tidak ada perubahan yang berarti, bahkan habis makan daging bekicot tersebut justru asmaku mendadak kambuh. Tetapi karena rasanya enak, lama kelamaan aku jadi ketagihan makan daging bekicot.
Tiga bulan sejak aku mengkonsumsi daging bekicot, baru bisa kurasakan adanya perubahan dari sakit yang kuderita. Kalau sebelum mengkonsumsi daging bekicot, asmaku kambuh hampir setiap malam. Tetapi sekarang berkurang menjadi tiga hari sekali merasakan asmaku kambuh. Berikutnya setelah tujuh bulan mengkonsumsi bekicot, paling cepat seminggu sekali baru mendapat serangan asma. Boleh di bilang ada kesembuhan sekitar 75% persen setelah mengkonsumsi daging bekicot selama tujuh bulan.
Di samping itu aku juga suka mengkonsumsi daging kelinci yang di masak dengan bumbu rica-rica. Pengaruhnya juga bagus, karena tubuh terasa hangat setelah makan daging kelinci tersebut.
Selain mengkonsumsi daging bekicot dan daging kelinci ada juga yang menyarankan minum susu kedelai. Dalam hal ini aku tidak membeli susu kedelai yang ada di pasaran, tetapi mendapatkan sari kedelai dari pabrik tahu. Yaitu sari kedelai yang sudah direbus untuk diproses menjadi tahu. Selagi masih hangat aku tambahkan gula agar terasa lebih manis dan enak. Kadang-kadang aku tambahkan sence rasa buah agar lebih kaya rasa. Pertama kali minum sari kedelai ini, seluruh tubuhku terasa hangat sampai berkeringat. Reaksi seperti ini ternyata sangat bagus untuk penderita asma.
Dari tayangan salah satu Televisi swasta tentang uji laboratorium terhadap daging bekicot, daging kelinci dan sari kedelai, dari ketiganya ada kesamaan yaitu mengandung zat yang dinamakan Asam Amino. Zat ini sangat bagus bagi penderita penyakit asma/sesaknafas.
Sejak saat itu ada semangat baru dalam diriku untuk terbebas dari sakit asma. Tumbuh sebuah keyakinan bahwa kalau Gusti Alloh menurunkan penyakit, pasti juga akan memberikan obatnya. Tergantung seberapa jauh, usaha untuk meraih kesembuhan dari sakit yang kita derita. Karena kewajiban orang sakit adalah mengupayakan obatnya, selebihnya bagaimana bertawakal/menyerahkan sepenuhnya kesembuhan sakit yang kita derita kepada Gusti Alloh. Sungguh kini baru aku sadari bahwa putus asa itu dosa.
Keyakinan inilah yang membuatku lebih semangat lagi untuk mendapatkan kesembuhan total dari siksaan asma/sesaknafas selama bertahun-tahun. Kini usiaku 38 tahun, dikaruniai dua anak yang membuat hidupku semakin berarti. Terima kasih Gusti Alloh, jadikanlah aku hambaMu yang pandai bersyukur atas limpahan nikmat yang telah Engkau berikan.

Tidak ada komentar: